A.
Plankton
Plankton merupakan kelompok organisme yang hanyut bebas dalam air dan
sangat lemah daya renangnya. Istilah plankton adalah suatu istilah umum,
kemampuan gerak organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka
sama sekali disukai oleh gerakan-gerakan air. Plankton terdiri atas dua
golongan yakni fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik yang bebas melayang
dan hanyut dalam air serta mampu berfotosintesis dan zooplankton yang merupakan
hewan air yang berukuran renik, dimana organisme ini dapat ditemukan baik di
air tawar maupun air laut (Nybakken, 1992).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam
air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme
tersebut selalu terbawa arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama
yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton (nabati) merupakan tumbuhan
yang sangat banyak ditemukan di perairan, tetapi ukurannya mikroskopis sukar
dilihat kehadirannya. Kosentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter air
laut. Zooplankton seringpula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat
banyak jenis hewan. Ukurannya lebih besar daripada fitoplankton, bahkan adapula
yang mencapai lebih satu meter seperti ubur-ubur (Nontji, 2002).
Berdasarkan daur hidupnya plankton di bagi menjadi dua kelompok yaitu
holoplankton dan meroplankton.
Holoplankton yaitu organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat
planktonik. Sedangkan meroplankton ialah organisme akuatik yang seluruh daur
hidupnya bersifat planktonik (Sachlan, 1972).
Raynold (1990) dalam Kholik (1997) menyatakan bahwa plankton
dapat dijumpai baik di perairan tawar, payau dan laut. Berdasarkan ukurannya, plankton dapat
dibedakan menjadi ultra plankton (75 μm), nano plankton (antara 5 – 60 μm), dan
net plankto (> 60 μm).
1.
Fitoplankton
Fitoplankton yang paling menyolok dan sering dijumpai paling banyak
jumlahnya adalah jenis diatom, tumbuhan ini bersel satu (uniseluler). Di laut
biasanya tiap individu atau sel diatom hidup lepas dari sel lainnya misalnya
dari jenis Dytylum sp., Coscinodiscus sp., dan Nitzchia sp. Tetapi ada juga diatom yang membentuk rantai sel lain seperti Chatoceros sp., Thalassiosira sp., dan Lauderia
sp. Tetapi tiap sel dihubungkan dengan sel lain oleh benang-benang protoplasma
atau untaian-untaian lendir, sebagaimana Chaetoceros
sp., dimana tiap sel berduri/berambut halus saling berkaitan dengan sel lain,
kadang-kadang pula yang disusun oleh sel-sel ini kompleks bentuknya, misalnya Asterionella sp., yang membentuk
bintang, sedangkan kelompok spesies lain berbentuk spiral (Raymont dalam Kholik, 1997).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu
melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon diokasida dengan adanya
sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti
karbohidrat. Karena kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik maka
fitoplankton disebut sebagai produsen primer (primary producer). Dalam rantai
makanan (food chain), fitoplankton akan dimakan oleh hewan herbivor yang
merupakan produsen sekunder (secondary producer) (Nontji, 2002).
2.
Zooplankton
Secara menyeluruh zooplankton didominasi oleh crustacea baik jumlah
individu maupun spesiesnya. Dari golongan crustacea, cladocera hanya diwakili
beberapa jenis genu. Disamping terdapat telur dan larva ikan sebagian besar
dari meroplankton, chordata diwakili oleh berbagai Salpa, Doliodid dan Pyrosoma
yang kadang-kadang berjumlah besar. Dari appendicularia, spesies-spesies yang
termasuk genus Oikopleura dan Fritilaria sangat terkenal dan terdapat
disemua perairan bahari (Raymont dalam Kholik, 1997).
3.
Epifit
Epifit adalah organisme yang hidup pada suatu tanaman, dengan atau
tanpa hubungan nutrisi dengan tumbuhan inang (Harlin, 1980) dalam Joris (1998). Beberapa organisme
epifit yang hidup pada lamun adalah alga, hewan-hewan, diatom dan monera.
Thomas et al., (1997)
mengatakan bahwa waktu epifit pada lamun semua disumbangkan untuk kegiatan
autotrophic (produksi primer). Epifit itu menempel permanen pada rhizome,
tunas, dan daun. Penempelan organisme (tumbuhan atau hewan) memberikan manfaat
untuk pertumbuhan lamun sedangkan epifauna untuk kegiatan heterotroph. Pada
saat epifit hidup dengan kepadatan tinggi akan berdiam pada substrat dengan
memberikan jalan masuk cahaya, nutrien dan sirkulasi air. Tidak semua anggota
tumbuhan air (phaeophyta) yang menempel pada lamun dapat bertahan terhadap
keberadaan bahan kimia seperti beberapa macam organisme sessil dan mobile.
4.
Bentik
Bentik adalah seluruh bagian dasar laut. Di dalam bentik ini terdapat
berbagai jenis organisme baik tumbuhan maupun hewan yang hidupnya menancap di
dasar laut. Cara untuk mengklasifikasikan hewan dasar (benthic animals) adalah
dengan melihat hubungan mereka terhadap tempat hidupnya. Semua hewan yang hidup
di atas permukaan dasar lautan dikenal sebagai epifauna dan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar
lautan dikenal sebagai infauna
(Hutabarat dan Evans, 1983).
Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di dalam substrat
dasar perairan, yang meliputi organisme nabati yang disebut fitobenthos dan
organsime hewani yang disebut zoobenthos (Odum, 1971). Selanjutnya Mann (1982)
menyatakan bahwa secara umum, organisme benthos dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu
makrobenthos (makrofauna), meiobenthos (meiofauna) dan mikrobenthos
(mikrofauna). Makrobenthos adalah semua organisme benthos yang berukuran lebih
besar dari 1.0 mm. Meiobenthos adalah organisme benthos yang berukuran antara
0.1 sampai 1.0 mm. Sedangkan mikrobenthos adalah organisme yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari 0.1 mm.
B.
Habitat dan Penyebaran
1.
Fitoplankton
Fitoplankton terdapat di semua perairan bahari. Namun demikian mereka
dapat pula diklasifikasikan atas dasar jenis perairan. Salah satu klasifikasi
di dasarkan atas iklim wilayah perairan. Dengan demikian di kenal fitoplankton
kutub, fitoplankton beriklim sedang dan fitoplankton trofik Raynold (1990) dalam
Kholik 1997).
Adapula spesies yang hanya terdapat diperairan pesisir yaitu fitoplankton
neritik (misalnya Asterionella sp.).
Walaupun mereka kadang-kadang didapatkan cukup jauh dari garis pantai. Selain
itu cukup banyak pula diatom pesisir laut yang khas seperti Skeletonema costatum. Bervariasinya
kondisi perairan di perairan neritik (pantai) sehingga mengharuskan adanya
penggolongan yang lebih terperinci (Sachlan, 1972 dalam Kholik 1997).
2.
Zooplankton
Lebih sukar menerangkan mengapa zooplankton neritik tidak mampu
menyebar kepesisir perairan oceanik, walaupun ternyata beberapa spesies antara
lain Leurebranchia spp., tersebar
luas di perairan neritik maupun di perairan oceanik. Jelas kiranya bahwa
organisme-organisme meroplanktonik terdapat terbatas di perairan-perairan
pantai agar dapat menyesuaikan daur hidup. Jelas kiranya bahwa banyaknya larva
meroplanktonik dihasilkan dekat pantai atau bahkan antara lokasi air pasang dan
air surut, antara lain Balanus, Mytilus,
Cardium dan beberapa larva Polychaeta.
Dengan demikian didapatkan hewan-hewan meroplankton yang bergerombol dalam
jumlah besar di lokasi-lokasi tertentu yang mengakibakan tidak seragamnya
distribusi plankton neritik. Hewan meroplankton yang bergerombol ini akhirnya
akan berpencaran tetapi tergantung dari arus dan pasang surut (Raymont, 1981 dalam Kholik 1997).
3.
Epifit
Distribusi epifit lebih banyak dihubungkan dengan faktor-faktor fisik
daripada faktor-faktor biotic. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
epifit di perairan yaitu sinar matahari, temperatur, kecepatan arus dan
ketersediaan unsur hara. Rutner (1974) dalam
Momang (1999) mengemukakan bahwa sinar matahari merupakan faktor pengendali
perkembangan komunitas epifit. Bukan hanya kuantitasnya (intensitas), namun
lebih ke kualitas sinar matahari. Dengan semakin dalamnya lapisan air, radiasi
sinar biru dengan panjang gelombang yang semakin pendek akan lebih dominan.
Keadaan ini akan menyebabkan perkembangan jenis epifit berbeda-beda.
4.
Bentik
Menurut Nybakken (1992), berdasarkan sebaran vertikal, organisme dasar
laut atau benthos terbagi atas epifauna yaitu organisme dasar yang hidup pada
substrat atau berasosiasi dengan permukaan substrat, dan infauna yaitu
organisme yang hidup dalam substrat dasar.
C. Struktur Komunitas
Salah satu unsur penting yang banyak hidup di perairan secara langsung
atau tidak langsung bergantung pada hasil fotosintesis fitoplankton dan
tumbuhan air karena meningkatnya suhu yang masih dapat ditolerir oleh organisme
nabati akan diikuti oleh kenaikan derajat metabolisme dan aktifitas
fotosintesis fitoplankton yang ada di dalamnya. Dengan demukian suhu air ini
erat kaitannya dengan pembentukan produktifitas primer di suatu perairan (Musa,
1992).
Berbagai macam faktor kimia dan fisika dapat mempengaruhi pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan produktifitas tumbuhan teresterial. Faktor-faktor penting
yang sangat kritis bagi tumbuhan teresterial adalah cahaya, suhu, kadar zat-zat
hara, tanah dan air. Suatu tumbuhan yang hidup tersuspensi dalam air, baik air
maupun tanah tidak penting artinya. Kisaran suhu di biosfer teresterial dapat
mencapai suatu tingkat yang dapat memproduksi tumbuhan. Sebaiknya kisaran suhu
dalam lingkungan hidup bahari selalu berlangsung secara bertahap dari
sifat-sifat fisik air (Nybakken, 1992).
B. Faktor Lingkungan
Perubahan primer fisika kimia perairan dapat
berpengaruh terhadap distribusi dan kelimpahan plankton yang merupakan salah
satu faktor penting untuk mendukung kehidupan ikan-ikan di perairan
tersebut. Keberadaan plankton di suatu
perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan di perairan
tersebut terutama ikan pemakan plankton, karena dalam rantai makanan
fitoplankton merupakan perodusen primer (Odum, 1971).
Intensitas cahaya adalah jumlah cahaya
yang terdapat di perairan pada kedalaman dan jangka waktu tertentu. Fotosintesis oleh fitoplankton sangat
tergantung terhadap adanya cahaya. Laju
fotosintesis akan tinggi bila tingkat intensitas cahaya yang sampai ke suatu
sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti bahwa fioplankton yang
produktif hanya terdapat dilpisan-lapisan air teratas dimana intensitas cahaya
cukup bagi berlangsung proses fotosintesis (Nybakken, 1992).
Kecerahan adalah suatu ukuran dimana
cahaya dapat menembus ke dalam badan air yang terhalangi oleh adanya partikel
koloid yang tersuspensi seperti lumpur, pasir , bahan organik dan mikroorganik
termasuk plankton, yang diamati secara visual dengan alat bantu secchi disc
(APHA, 1979, dalam Putri, 1997).
Suhu memegang peranan penting dalam perairan dan merupakan faktor
pembatas bagi pertumbuhan organisme perairan termasuk plankton sebab mengatur
proses biologi dalam perairan (Sachlan, 1972).
REFERENSI BUKU
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1985. Pengantar
Oceanografi. Universitas Indonesia .
Press. Jakarta .
Kholik, A.
1997. Struktur Komunitas
Fitoplankton Pada Daerah Yang Terbuka Dan Tertutup oleh Gulma Air di Danau Taiwang Kabupaten Sumbawa ,
NTB. Skripsi. Institut Pertanian Bogor .
Mann, K. H. 1982. Ecology Of Coastal Water; A
System Approach. Blackwell-Scientific Publications. Boston-Melbourne.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. PT Djambatan.
Jakarta .
Nybakken, J.W.
1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan ekologis (Terjemahan oleh Muh. Edman, Koesoebiono, Dietrich G.B.,
Malikusworo H., Sukristijono S.). PT
Gramedia. Jakarta .
Odum, E.P.
1971. Fundamental Of
Ecology. Third Edition, W.B. Sanders.
Philadelphia .
Sachlan. 1972.
Planktonology. Correspondence Course
Center . Dirjen Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta .
Odum, E.P.
1971. Fundamental Of
Ecology. Third Edition, W.B. Sanders.
Philadelphia .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar