Selasa, 27 Maret 2012

PLANKTON


A.  Plankton
Plankton merupakan kelompok organisme yang hanyut bebas dalam air dan sangat lemah daya renangnya. Istilah plankton adalah suatu istilah umum, kemampuan gerak organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali disukai oleh gerakan-gerakan air. Plankton terdiri atas dua golongan yakni fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik yang bebas melayang dan hanyut dalam air serta mampu berfotosintesis dan zooplankton yang merupakan hewan air yang berukuran renik, dimana organisme ini dapat ditemukan baik di air tawar maupun air laut (Nybakken, 1992).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut selalu terbawa arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton (nabati) merupakan tumbuhan yang sangat banyak ditemukan di perairan, tetapi ukurannya mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Kosentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter air laut. Zooplankton seringpula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak jenis hewan. Ukurannya lebih besar daripada fitoplankton, bahkan adapula yang mencapai lebih satu meter seperti ubur-ubur (Nontji, 2002).
Berdasarkan daur hidupnya plankton di bagi menjadi dua kelompok yaitu holoplankton dan meroplankton.  Holoplankton yaitu organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik. Sedangkan meroplankton ialah organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik (Sachlan, 1972).
Raynold (1990) dalam Kholik (1997) menyatakan bahwa plankton dapat dijumpai baik di perairan tawar, payau dan laut.  Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan menjadi ultra plankton (75 μm), nano plankton (antara 5 – 60 μm), dan net plankto (> 60 μm).
1.  Fitoplankton
Fitoplankton yang paling menyolok dan sering dijumpai paling banyak jumlahnya adalah jenis diatom, tumbuhan ini bersel satu (uniseluler). Di laut biasanya tiap individu atau sel diatom hidup lepas dari sel lainnya misalnya dari jenis Dytylum sp., Coscinodiscus sp., dan Nitzchia sp. Tetapi ada juga diatom yang membentuk rantai sel lain seperti Chatoceros sp., Thalassiosira sp., dan Lauderia sp. Tetapi tiap sel dihubungkan dengan sel lain oleh benang-benang protoplasma atau untaian-untaian lendir, sebagaimana Chaetoceros sp., dimana tiap sel berduri/berambut halus saling berkaitan dengan sel lain, kadang-kadang pula yang disusun oleh sel-sel ini kompleks bentuknya, misalnya Asterionella sp., yang membentuk bintang, sedangkan kelompok spesies lain berbentuk spiral (Raymont  dalam Kholik, 1997).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon diokasida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Karena kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer (primary producer). Dalam rantai makanan (food chain), fitoplankton akan dimakan oleh hewan herbivor yang merupakan produsen sekunder (secondary producer) (Nontji, 2002).
2.  Zooplankton
Secara menyeluruh zooplankton didominasi oleh crustacea baik jumlah individu maupun spesiesnya. Dari golongan crustacea, cladocera hanya diwakili beberapa jenis genu. Disamping terdapat telur dan larva ikan sebagian besar dari meroplankton, chordata diwakili oleh berbagai Salpa, Doliodid dan Pyrosoma yang kadang-kadang berjumlah besar. Dari appendicularia, spesies-spesies yang termasuk genus Oikopleura dan Fritilaria sangat terkenal dan terdapat disemua perairan bahari  (Raymont  dalam Kholik, 1997).
3.  Epifit
Epifit adalah organisme yang hidup pada suatu tanaman, dengan atau tanpa hubungan nutrisi dengan tumbuhan inang (Harlin, 1980) dalam Joris (1998). Beberapa organisme epifit yang hidup pada lamun adalah alga, hewan-hewan, diatom dan monera.
Thomas et al., (1997) mengatakan bahwa waktu epifit pada lamun semua disumbangkan untuk kegiatan autotrophic (produksi primer). Epifit itu menempel permanen pada rhizome, tunas, dan daun. Penempelan organisme (tumbuhan atau hewan) memberikan manfaat untuk pertumbuhan lamun sedangkan epifauna untuk kegiatan heterotroph. Pada saat epifit hidup dengan kepadatan tinggi akan berdiam pada substrat dengan memberikan jalan masuk cahaya, nutrien dan sirkulasi air. Tidak semua anggota tumbuhan air (phaeophyta) yang menempel pada lamun dapat bertahan terhadap keberadaan bahan kimia seperti beberapa macam organisme sessil dan mobile.
4.  Bentik
Bentik adalah seluruh bagian dasar laut. Di dalam bentik ini terdapat berbagai jenis organisme baik tumbuhan maupun hewan yang hidupnya menancap di dasar laut. Cara untuk mengklasifikasikan hewan dasar (benthic animals) adalah dengan melihat hubungan mereka terhadap tempat hidupnya. Semua hewan yang hidup di atas permukaan dasar lautan dikenal sebagai epifauna dan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan dikenal sebagai infauna (Hutabarat dan Evans, 1983).
Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di dalam substrat dasar perairan, yang meliputi organisme nabati yang disebut fitobenthos dan organsime hewani yang disebut zoobenthos (Odum, 1971). Selanjutnya Mann (1982) menyatakan bahwa secara umum, organisme benthos dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu makrobenthos (makrofauna), meiobenthos (meiofauna) dan mikrobenthos (mikrofauna). Makrobenthos adalah semua organisme benthos yang berukuran lebih besar dari 1.0 mm. Meiobenthos adalah organisme benthos yang berukuran antara 0.1 sampai 1.0 mm. Sedangkan mikrobenthos adalah organisme yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0.1 mm.
B.  Habitat dan Penyebaran
1.  Fitoplankton
Fitoplankton terdapat di semua perairan bahari. Namun demikian mereka dapat pula diklasifikasikan atas dasar jenis perairan. Salah satu klasifikasi di dasarkan atas iklim wilayah perairan. Dengan demikian di kenal fitoplankton kutub, fitoplankton beriklim sedang dan fitoplankton trofik Raynold (1990) dalam Kholik 1997).
Adapula spesies yang hanya terdapat diperairan pesisir yaitu fitoplankton neritik (misalnya Asterionella sp.). Walaupun mereka kadang-kadang didapatkan cukup jauh dari garis pantai. Selain itu cukup banyak pula diatom pesisir laut yang khas seperti Skeletonema costatum. Bervariasinya kondisi perairan di perairan neritik (pantai) sehingga mengharuskan adanya penggolongan yang lebih terperinci (Sachlan, 1972 dalam Kholik 1997).
2.  Zooplankton
Lebih sukar menerangkan mengapa zooplankton neritik tidak mampu menyebar kepesisir perairan oceanik, walaupun ternyata beberapa spesies antara lain Leurebranchia spp., tersebar luas di perairan neritik maupun di perairan oceanik. Jelas kiranya bahwa organisme-organisme meroplanktonik terdapat terbatas di perairan-perairan pantai agar dapat menyesuaikan daur hidup. Jelas kiranya bahwa banyaknya larva meroplanktonik dihasilkan dekat pantai atau bahkan antara lokasi air pasang dan air surut, antara lain Balanus, Mytilus, Cardium dan beberapa larva Polychaeta. Dengan demikian didapatkan hewan-hewan meroplankton yang bergerombol dalam jumlah besar di lokasi-lokasi tertentu yang mengakibakan tidak seragamnya distribusi plankton neritik. Hewan meroplankton yang bergerombol ini akhirnya akan berpencaran tetapi tergantung dari arus dan pasang surut (Raymont, 1981 dalam   Kholik 1997).
3.  Epifit
Distribusi epifit lebih banyak dihubungkan dengan faktor-faktor fisik daripada faktor-faktor biotic. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan epifit di perairan yaitu sinar matahari, temperatur, kecepatan arus dan ketersediaan unsur hara. Rutner (1974) dalam Momang (1999) mengemukakan bahwa sinar matahari merupakan faktor pengendali perkembangan komunitas epifit. Bukan hanya kuantitasnya (intensitas), namun lebih ke kualitas sinar matahari. Dengan semakin dalamnya lapisan air, radiasi sinar biru dengan panjang gelombang yang semakin pendek akan lebih dominan. Keadaan ini akan menyebabkan perkembangan jenis epifit berbeda-beda.
4.  Bentik
Menurut Nybakken (1992), berdasarkan sebaran vertikal, organisme dasar laut atau benthos terbagi atas epifauna yaitu organisme dasar yang hidup pada substrat atau berasosiasi dengan permukaan substrat, dan infauna yaitu organisme yang hidup dalam substrat dasar.
C. Struktur Komunitas
Salah satu unsur penting yang banyak hidup di perairan secara langsung atau tidak langsung bergantung pada hasil fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air karena meningkatnya suhu yang masih dapat ditolerir oleh organisme nabati akan diikuti oleh kenaikan derajat metabolisme dan aktifitas fotosintesis fitoplankton yang ada di dalamnya. Dengan demukian suhu air ini erat kaitannya dengan pembentukan produktifitas primer di suatu perairan (Musa, 1992).
Berbagai macam faktor kimia dan fisika dapat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan produktifitas tumbuhan teresterial. Faktor-faktor penting yang sangat kritis bagi tumbuhan teresterial adalah cahaya, suhu, kadar zat-zat hara, tanah dan air. Suatu tumbuhan yang hidup tersuspensi dalam air, baik air maupun tanah tidak penting artinya. Kisaran suhu di biosfer teresterial dapat mencapai suatu tingkat yang dapat memproduksi tumbuhan. Sebaiknya kisaran suhu dalam lingkungan hidup bahari selalu berlangsung secara bertahap dari sifat-sifat fisik air (Nybakken, 1992).
B.  Faktor Lingkungan
Perubahan primer fisika kimia perairan dapat berpengaruh terhadap distribusi dan kelimpahan plankton yang merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung kehidupan ikan-ikan di perairan tersebut.  Keberadaan plankton di suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan di perairan tersebut terutama ikan pemakan plankton, karena dalam rantai makanan fitoplankton merupakan perodusen primer (Odum, 1971).
Intensitas cahaya adalah jumlah cahaya yang terdapat di perairan pada kedalaman dan jangka waktu tertentu.  Fotosintesis oleh fitoplankton sangat tergantung terhadap adanya cahaya.  Laju fotosintesis akan tinggi bila tingkat intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu.  Hal ini berarti bahwa fioplankton yang produktif hanya terdapat dilpisan-lapisan air teratas dimana intensitas cahaya cukup bagi berlangsung proses fotosintesis (Nybakken, 1992).
Kecerahan adalah suatu ukuran dimana cahaya dapat menembus ke dalam badan air yang terhalangi oleh adanya partikel koloid yang tersuspensi seperti lumpur, pasir , bahan organik dan mikroorganik termasuk plankton, yang diamati secara visual dengan alat bantu secchi disc (APHA, 1979, dalam Putri, 1997).
Suhu memegang peranan penting dalam perairan dan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme perairan termasuk plankton sebab mengatur proses biologi dalam perairan (Sachlan, 1972).
REFERENSI BUKU
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia. Press. Jakarta.
Kholik, A.  1997.  Struktur Komunitas Fitoplankton Pada Daerah Yang Terbuka Dan Tertutup oleh Gulma Air di Danau  Taiwang Kabupaten Sumbawa, NTB.  Skripsi.  Institut Pertanian Bogor.
Mann, K. H. 1982. Ecology Of Coastal Water; A System Approach. Blackwell-Scientific Publications. Boston-Melbourne.
Nontji, A.  2002.  Laut Nusantara.  PT Djambatan.  Jakarta.
Nybakken, J.W.  1992.  Biologi Laut Suatu Pendekatan ekologis (Terjemahan oleh Muh. Edman, Koesoebiono, Dietrich G.B., Malikusworo H., Sukristijono S.).  PT Gramedia.  Jakarta.
Odum, E.P.  1971.  Fundamental Of Ecology.  Third Edition, W.B.  Sanders.  Philadelphia.
Sachlan.  1972.  Planktonology.  Correspondence Course Center.  Dirjen Perikanan Departemen Pertanian.  Jakarta.
Odum, E.P.  1971.  Fundamental Of Ecology.  Third Edition, W.B.  Sanders.  Philadelphia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar