PENGERTIAN OSEANOGRAFI
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari geskripsi atau
gambaran tentang lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu
yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam ilmu-ilmu yang lain.
Ilmu-ilmu yang lain yang termaksud didalamnya ialah ilmu tanah (geologi), ilmu
bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistoy), ilmu hayat
(biology) dan ilmu iklim (reetercology). Namun demikian ilmu oscarografi biasanya
hanya dibagi munjadi 4 cabang ilmu saja, yatu: Fisika osearografi Geologi
osearografiKimia osearografi.
A.Biologi oseanografi
Pembentukan pantai
Pantai Mundur (submerger)
|
Pantai Bertambah (Emerger)
|
Garis pantai mundur
Muncul lembah (teluk)
Muncul cliff pada teluk
Punggung perbukitan (pulau terpisah + tanjung)
Sungai menjadi pendek
|
Garis pantai maju
Deposisional aktif
Perbukitan hamparan pasut + rawa pulau
Munculnya offshore bed, menjadi beting gisik + swale
Sungai bertambah panjang
Pembentukan delta + laguna
Teras marine apabila pengangkatan diskontinyu
|
- Pesisir Bertebing Terjal (Cliff)
Aktifitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian
tebing sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti :
Tebing (cliff)
Tebing bergantung (notch)
Rataan gelombang pasang surut (platform)
- Pesisir Bergisik (sand beach)
Endapan pasir yang berada di daerah pantai pada umumnya
memiliki lereng landai. Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang
terangkut oleh sungai kemudian terbawa arus laut sepanjang pantai dan
selanjutnya dihempaskan gelombang darat. Oleh karena itu gisik ini, biasa
dijumpai di sekitar muara sungai dan berangsur-angsur semakain halus semakin
menjauhi muara.
B. Gelombang dan Arus
Gelombang adalah pergerakan goyangan di dalam tubuh air
yang ditunjukkan oleh naik turunnya permukaan air. Gerakan naik turunnya
permukaan air ini dapat terjadi pada permukaan perairan terbuka, seperti laut,
lautan dan danau. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan
arus pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi di pantai. Pola arus pantai ini ditentukan terutama oleh
besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dari garis
pantai. Arus yang disebabkan oleh pasang
surut dipengaruhi oleh dasar perairan.
Arus pasang surut yang terkuat akan ditemui di dekat permukaan dan akan
menurun kecepatannya semakin mendekati dasar perairan (Bowden, 1983).
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya arus. Gaya coriolis merupakan suatu tenaga yang
mampu mempengaruhi aliran massa air dan gaya ini akan membelokkan arah mereka
dari arah yang lurus. Gaya coriolis
muncul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya dan gaya inilah yang
menghasilkan aliran gyre. Gaya coriolis
juga menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya
yang terjadi sesuai dengan kedalaman suatu perairan (Hutabarat, 1985).
D. Akresi
Akresi merupakan penggundukan atau penambahan garis
pantai yang diakibatkan atau dibawa oleh gelombang laut, umumnya membujur
sejajar dengan garis pantai. Sumber sedimennya
dapat berasal dari daratan yang dibawa oleh air sungai atau hasil abrasi pantai
di tempat lain. Sedimentasi oleh gletser
berupa gundukan batuan yang tertinggal di ujung gletser yang dapat berupa
moraine, kettles, asker dan drumline (Setiyono, 1996).
Akresi adalah penambahan garis pantai yang biasanya di
sebabkan oleh adanya pergerakn air oleh arus.
E. Abrasi
Berdasarkan
Kamus Oseanografi (Setiyono, 1996), abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh
tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.Abrasi biasanya
disebut juga erosi pantai.
Abrasi
adalah proses pengikisan pantai
oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi
pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh
gejala alami, namun manusia
sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah
terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Kerusakan
garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi ini perlu dicermati dengan hati-hati
agar langkah pengelolaan yang dilakukan berdampak baik. Dalam artian sukses mengurangi kerusakan
dalam jangka waktu yang lama dan memberikan manfaat serta sekaligus mengikut
sertakan masyarakat sekitarnya karena kerusakan garis pantai ini yang
diakibatkan oleh abrasi dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut karena sebenarnya abrasi ini pada kondisi alami masih dikatakan
terkendali. Sehingga akan tumbuh kesadaran untuk menjaga aset daerah
ini secara lestari. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang dikuasai
hingga saat ini, perlu dicarikan alternatif untuk menggantikan pemecah
gelombang yang hilang atau telah semakin berkurang tadi. Tentunya
dengan mempertimbangkan berbagai aspek, misal seberapa besar kemampuannya
mengurangi energi dari gelombang dan arus laut serta seberapa lama
keberlanjutannya.
Secara alami, mulai dari terumbu karang, padang lamun
hingga hutan mangrove memiliki fungsi mengurangi energi gelombang dan arus
laut. Sedangkan pembangunan tembok atau
tonggak beton sepanjang garis pantai juga merupakan usaha buatan manusia untuk
mengurangi abrasi tersebut (Bengen, 2001).
F. Sedimen
Untuk sebagian besar dasar laut terdiri atas
lapisan-lapisan sedimen yang telah berbentuk secara perlaha-lahan selam
berjuta-juta tahun. Sifat kehidupan air diatasnya,
kedalaman, jarak dari dalam serta arus semuanya mempengaruhi sifat
sedimen-sedimen itu di setiap daerah. Sedimen
terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari pembongkaran
batuan-batuan dan potongan-potongan kulit serta merupakan sisa-sisa rangka dari
organisme laut. Tidak mengherankan
jikalau parikel-partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan
mereka akibatnya sedimen yang terdapat diberbagai tempat di dunia mempunyai
sifat-sifat yang sangat berbeda satu dengan yang lain. Selain itu, sebagian besar dasar laut yang
terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir semua pantai-pantai ditutupi oleh
jenis-jenis partikel yang berukuran besar dan terdiri atas sedimen kasar. Ukuran partikel-partikel ini merupakan suatu
jalan yang mudah untuk mengklasifikasikan dari sedimen iu (Hutabarat, 1985).
Seluruh permukaan dasar lautan yang ditutupi oleh
partikel-partikel sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam waktu
berjuta-juta tahun. Sedimen terutama
dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan
potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa organisme laut (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Sedimen terjadi akibat proses pergerakan arus atau
gelombang yang membawa partikel-partikel substrat, baik partikel pasir maupun
lumpur sehingga terjadi pengendapan di daerah
intertidal. Pengendapan partikel
yang lebih kuat dan arus yang kuat mempertahankan partikel dalam suspensi lebih
lama dari pada arus yang lemah. Oleh
karena itu proses sedimentasi pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar
(pasir/ kerikil), karena hanya partikel besar yang akan mengendap. Sedangkan jika perairan tenang dan arus lemah
lumpur halus akan mengendap dan akan menjadi sedimen (Nybakken, 1993).
G. Substrat
Tanah merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi produktifitas tambak sebab tanah mempunyai kemampuan untuk
menyerap aau melepaskan zat haratanaman yang dibutuhkan oleh fitoplankton atau
vegetasi air lainnya yang hidup di dalam tambak (Afrianto dan Liviawati, 1991).
Kordi (1997) menyatakan bahwa kedepan tambak erat kaitannya
dengan keadaan tekstur tanah. Tekstur
tanah yang hendak dipilih untuk pertambakan antara lain lempung berpasir dan
liat, lempung liat (Clay loam), lempung berpasir (Sandy loam), lempung
berlumpur (Silly loam). Diantara keempat jenis tanah diatas, lempung berlumpur
memiliki kualitas yang paling baik menurut Afrianto dan Liviawati (1991).
REFERENSI
BUKU
Arief. D. 1999. Oseanografi
Fisika. Materi diklat selam dan
metodelogi penelitian penentuan kondisi
terumbu karang. Pusli TBANG. Oseanografi LIPI. Jakarta
Afriano,
E, dan E, Liviawati, 1991. Tehnik
Pembuatan Tambak Udang
Anthoni, J.L., 1987. Ekologi
Sulawesi. Gadjah
Mada. University-Press. Yogyakarta.
Hutabarat,
S., dan S.M., Evans. 1984. Pengantar Oceanografi Terapan. Universitas Indonesia Press. Jakarta
________________________. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia-Press. Jakarta.
Nontji, A., 1987. Laut
Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nybakken, W.J., 1993. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta.
____________., 1992. Biologi
Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Ratim dan Misriadi, 1982. Mengenal
Laut. Djambatan. Jakarta.
Setiyono, H. 1996. Kamus
Oseanografi. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Trewartha,
G., dan Lyuh Horn. 1995. Pengantar
Iklim. Gajah Mada Univercity Press.
Yogyakarta
Kordi, K. 1997.
Budidaya Air Payau. Dahara
Prize. Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar