Jumat, 20 Januari 2012

OSEANOGRAFI


PENGERTIAN OSEANOGRAFI
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari geskripsi atau gambaran tentang lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam ilmu-ilmu yang lain. Ilmu-ilmu yang lain yang termaksud didalamnya ialah ilmu tanah (geologi), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistoy), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (reetercology). Namun demikian ilmu oscarografi biasanya hanya dibagi munjadi 4 cabang ilmu saja, yatu: Fisika osearografi Geologi osearografiKimia osearografi.

 A.Biologi oseanografi
Pembentukan pantai
Pantai Mundur (submerger)
Pantai Bertambah (Emerger)
Garis pantai mundur
Muncul lembah (teluk)
Muncul cliff pada teluk
Punggung perbukitan (pulau terpisah + tanjung)
Sungai menjadi pendek
Garis pantai maju
Deposisional aktif
Perbukitan hamparan pasut + rawa pulau
Munculnya offshore bed, menjadi beting gisik + swale
Sungai bertambah panjang
Pembentukan delta + laguna
Teras marine apabila pengangkatan diskontinyu
  • Pesisir Bertebing Terjal (Cliff)
Aktifitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian tebing sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti :
Tebing (cliff)
Tebing bergantung (notch)
Rataan gelombang pasang surut (platform)
  • Pesisir Bergisik (sand beach)
Endapan pasir yang berada di daerah pantai pada umumnya memiliki lereng landai. Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh sungai kemudian terbawa arus laut sepanjang pantai dan selanjutnya dihempaskan gelombang darat. Oleh karena itu gisik ini, biasa dijumpai di sekitar muara sungai dan berangsur-angsur semakain halus semakin menjauhi muara.

B. Gelombang dan Arus
Gelombang adalah pergerakan goyangan di dalam tubuh air yang ditunjukkan oleh naik turunnya permukaan air. Gerakan naik turunnya permukaan air ini dapat terjadi pada permukaan perairan terbuka, seperti laut, lautan dan danau. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi di pantai.  Pola arus pantai ini ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dari garis pantai.  Arus yang disebabkan oleh pasang surut dipengaruhi oleh dasar perairan.  Arus pasang surut yang terkuat akan ditemui di dekat permukaan dan akan menurun kecepatannya semakin mendekati dasar perairan (Bowden, 1983).  

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya arus.  Gaya coriolis merupakan suatu tenaga yang mampu mempengaruhi aliran massa air dan gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus.  Gaya coriolis muncul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya dan gaya inilah yang menghasilkan aliran gyre.  Gaya coriolis juga menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan kedalaman suatu perairan (Hutabarat, 1985).

D.  Akresi
Akresi merupakan penggundukan atau penambahan garis pantai yang diakibatkan atau dibawa oleh gelombang laut, umumnya membujur sejajar dengan garis pantai.  Sumber sedimennya dapat berasal dari daratan yang dibawa oleh air sungai atau hasil abrasi pantai di tempat lain.  Sedimentasi oleh gletser berupa gundukan batuan yang tertinggal di ujung gletser yang dapat berupa moraine, kettles, asker dan drumline (Setiyono, 1996).
Akresi adalah penambahan garis pantai yang biasanya di sebabkan oleh adanya pergerakn air oleh arus.

E.  Abrasi
            Berdasarkan Kamus Oseanografi (Setiyono, 1996), abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
            Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
            Kerusakan garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi ini perlu dicermati dengan hati-hati agar langkah pengelolaan yang dilakukan berdampak baik.  Dalam artian sukses mengurangi kerusakan dalam jangka waktu yang lama dan memberikan manfaat serta sekaligus mengikut sertakan masyarakat sekitarnya karena kerusakan garis pantai ini yang diakibatkan oleh abrasi dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut karena sebenarnya abrasi ini pada kondisi alami masih dikatakan terkendali. Sehingga akan tumbuh kesadaran untuk menjaga aset daerah ini secara lestari. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang dikuasai hingga saat ini, perlu dicarikan alternatif untuk menggantikan pemecah gelombang yang hilang atau telah semakin berkurang tadi. Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai aspek, misal seberapa besar kemampuannya mengurangi energi dari gelombang dan arus laut serta seberapa lama keberlanjutannya.
Secara alami, mulai dari terumbu karang, padang lamun hingga hutan mangrove memiliki fungsi mengurangi energi gelombang dan arus laut.  Sedangkan pembangunan tembok atau tonggak beton sepanjang garis pantai juga merupakan usaha buatan manusia untuk mengurangi abrasi tersebut (Bengen, 2001).

F.  Sedimen    
Untuk sebagian besar dasar laut terdiri atas lapisan-lapisan sedimen yang telah berbentuk secara perlaha-lahan selam berjuta-juta tahun.  Sifat kehidupan air diatasnya, kedalaman, jarak dari dalam serta arus semuanya mempengaruhi sifat sedimen-sedimen itu di setiap daerah.  Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari pembongkaran batuan-batuan dan potongan-potongan kulit serta merupakan sisa-sisa rangka dari organisme laut.  Tidak mengherankan jikalau parikel-partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan mereka akibatnya sedimen yang terdapat diberbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu dengan yang lain.  Selain itu, sebagian besar dasar laut yang terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir semua pantai-pantai ditutupi oleh jenis-jenis partikel yang berukuran besar dan terdiri atas sedimen kasar.  Ukuran partikel-partikel ini merupakan suatu jalan yang mudah untuk mengklasifikasikan dari sedimen iu (Hutabarat, 1985).

Seluruh permukaan dasar lautan yang ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam waktu berjuta-juta tahun.  Sedimen terutama dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa organisme laut (Hutabarat dan Evans, 1985).

Sedimen terjadi akibat proses pergerakan arus atau gelombang yang membawa partikel-partikel substrat, baik partikel pasir maupun lumpur sehingga terjadi pengendapan di daerah  intertidal.  Pengendapan partikel yang lebih kuat dan arus yang kuat mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama dari pada arus yang lemah.  Oleh karena itu proses sedimentasi pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir/ kerikil), karena hanya partikel besar yang akan mengendap.  Sedangkan jika perairan tenang dan arus lemah lumpur halus akan mengendap dan akan menjadi sedimen (Nybakken, 1993).

G. Substrat
Tanah merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produktifitas tambak sebab tanah mempunyai kemampuan untuk menyerap aau melepaskan zat haratanaman yang dibutuhkan oleh fitoplankton atau vegetasi air lainnya yang hidup di dalam tambak (Afrianto dan Liviawati, 1991).

Kordi (1997) menyatakan bahwa kedepan tambak erat kaitannya dengan keadaan tekstur tanah.  Tekstur tanah yang hendak dipilih untuk pertambakan antara lain lempung berpasir dan liat, lempung liat (Clay loam), lempung berpasir (Sandy loam), lempung berlumpur (Silly loam). Diantara keempat jenis tanah diatas, lempung berlumpur memiliki kualitas yang paling baik menurut Afrianto dan Liviawati (1991).

REFERENSI BUKU
Arief. D. 1999. Oseanografi Fisika.  Materi diklat selam dan metodelogi penelitian  penentuan kondisi terumbu karang.  Pusli TBANG.  Oseanografi LIPI.  Jakarta
Afriano, E, dan E, Liviawati, 1991.  Tehnik Pembuatan Tambak Udang
Anthoni, J.L., 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada. University-Press. Yogyakarta.
Hutabarat, S., dan S.M., Evans.  1984. Pengantar Oceanografi Terapan.  Universitas Indonesia Press.  Jakarta
________________________. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia-Press. Jakarta.
Nontji, A., 1987.  Laut Nusantara.  Djambatan.  Jakarta
Nybakken, W.J., 1993. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta.
____________., 1992.  Biologi Laut.  Gramedia Pustaka Utama.  Jakarta
Ratim dan Misriadi, 1982.  Mengenal Laut.  Djambatan.  Jakarta.
Setiyono, H. 1996. Kamus Oseanografi. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Trewartha, G., dan Lyuh Horn.  1995.  Pengantar Iklim. Gajah Mada Univercity Press.  Yogyakarta
Kordi, K. 1997.  Budidaya Air Payau.  Dahara Prize.  Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar